Friday, June 30, 2006

MENCOBA BAHAN BAKAR PENGUNDANG LAPAR

Preview Jatropha Expedition
(Majalah "Otomotif")

Kok, seperti bau gorengan? Wah, kalau begini sih, seperti bau ikan asin! Begitulah komentar orang-orang yang sempat mencium asap yang keluar dari knalpot Mitsubishi L200 Strada yang berbahan bakar minyak dari biji Jarak (Jatropha Curcas), pada Inter­city Trial, Jakarta-Bandung-Jakarta hari Kamis, (22/6) lalu. OTOMOTIF menjajal kendaraan berbahan bakar pengundang lapar ini.


TES AKSELERASI

Sebenarnya Intercity Trial ini me­rupakan langkah awal dari ekspedisi yang akan dilakukan pada tanggal pada mesin diesel stasioner (generator) dan traktor (low speed engine), kali ini akan dicoba pada mesin mobil yang putarannya cukup tinggi. Langsung pada tunggangan dengan bahan bakar 100% minyak jarak, OTOMOTIF sempat melakukan pengujian 'kecil-kecilan' dengan membejek pedal gas di lintasan tol Cipularang. Terasa, ada perbedaan pada putaran menengahnya, tarikan lebih enteng ketika putaran mesin berada di kisaran 2.500-3.200 rpm. Ternyata memang, hal ini juga dibuktikan dengan hasil uji di dynamometer yang menghasilkan grafik dengan bandwidth tenaga maupun torsi lebih besar di putaran segitu. Padahal, mesin tak perlu dilakukan perubahan, kecuali menamBAHKAN bahkan tangki untuk Jatropha serta konverter dan mikrokomputer

Tak ada perbedaan dengan diesel biasa

12-20 Juli nanti. Melalui rute Atambua, Nusa Tenggara Timur, hingga berakhir di Jakarta. Rencananya, be­berapa mobil akan diuji dengan menggunakan komposisi bahan bakar 100% minyak jarak, 50:50 (minyak jarak:solar) dan 100% solar.

Nah, dengan jarak tempuh 325 km, bolak-balik Jakarta-Bandung, merupakan 'simulasi' akan proses pe­ngujian nantinya. Jadi, semua pengu­jian, baik kecepatan serta performa pada mobil akan diukur. Termasuk konsumsi bahan bakar hingga peng­ujian kebisingan suara yang dihasilkan oleh mesin dengan bahan bakar yang berbeda tadi. Menurut DR Robert Manurung dari Institut Teknologi Bandung yang me­nemukan membran untuk memeras biji jarak menjadi minyak mengatakan, minyak jarak ini sudah pernah dipakai ­untuk mengubah aliran bahan bakar dari solar ke minyak jarak. Maklum, ketika mobil pertama kali dinyalakan mesin perlu 'dipancing' mengguna­kan solar terlebih dulu.

Begitu mesin menyala, sirkulasi pendingin mesin (ra­diator) digunakan sebagai pemanas untuk minyak jarak yang akan digunakan berikutnya. Begitu sudah panas, minyak jarak pun mengganti­kan solar sebagai 'minuman' mesin. Selain speed test di jalan tol, ada juga uji coba yang melibatkan peralatan khusus. Kali ini Vericom VC3000 dipa­kai untuk mengukur akse­lerasi. Baik mobil dengan ba­han bakar murni minyak jarak, 50 persen solar maupun full solar. Tentunya, hasil lebih lengkap bakal dimuat di tab­loid kesayangan Anda ini setelah Jatropha Expedition dilakukan nanti. Wuzz...,

jangan heran kalau setelah disalip Anda pengin makan!

Ben Otomotif benny@gramedia-majalah.com

No comments: